ANALISA GAYA
TEGASAN UTAMA SEBAGAI PEMBENTUK LIPATAN ASYMETRICAL PADA DAERAH
SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH
EKA FITRIA NOVITA SAINYAKIT
21100113120052
1JURUSAN
TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK,
UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG
ABSTRACT
The area is located on the river Banyumeneng Demak regional area is an area that also affected the tectonic processes that formed many geological structures such as the fold. Where is the crease is an arch structure formed by the force acting in the form of tensile strength and compressive force. So I need to analyze the folds in this area Banyumeneng river . The method used in the form of literature to assist in the process of analysis and field observations to determine the condition of the folds in the fields. then the data that has been obtained will be analyzed so that the results are used to determine the direction of the main force forming folds on the river this Banyumeneng. Then the measurement data strike / dip of the axial plane.From the analysis conducted it was found that the main direction of the force acting on the folds of this comes from the east and west that will hit rock layers and deformation. it can be said that the forces acting on the bedding is derived from tectonic forces so as to form a crease on this Banyumeneng river
Kata kunci : Geologi struktur, Lipatan, Sayap kiri, sayap kanan, axial plane, sungai Banyumeneng
Keywords: Geological structure, fold, right limb, left limb,
axial plane, banyumeneng river
SARI
Daerah sungai banyumeneng terletak pada daerah demak yang secara
regional merupakan daerah yang juga terpengaruh proses tektonik sehingga banyak
terbentuk struktur geologi seperti adanya lipatan. Dimana lipatan adalah struktur brupa
lengkungan sebagai hasil dari ekspresi terhadap gaya komres maupun gaya tarik
yang bekerja pada perlapisan sehingga akan mengalami deformasi. Lipatan dapat terjadi akibat
proses tektonik maupun pembebanan yang cukup besar. Sehingga lipatan
yang ada pada sungai banyumeneng perlu dilakukan analisis berdasarkan data yang
didapatkan. Metode yang digunakan untuk melakukan penulisan paper ini berupa
studi pustaka yang membantu dalam mengetahui geologi regional semarang dan data
yang didapatkan dari lapangan berupa strike/dip perlapisan dan sayap kiri
maupun sayap kanan. Selain itu didapatkan data berupa strike/dip dari axial
plane lipatan tersebut. Didaptkan juga bahwa ada kedua sayapnya memiliki sudut
penunjaman yang berbeda sehingga akan membentuk jenis lipatan berupa lipatan
antiklin. Maka dari data yang didapat ini akan dilakukan analisa dengan
mmenggunakan metode analisis lipatan yang diajarkann dalam praktikum geologi
struktur sehingga dari hasil analisis didapatkan bahwa gaya utama pembentuk
lipatan pada sungai banyumeneng ini berasal dari arah North west west.. Maka
dapat disimpulkan bahwa gaya yang bekerja untuk membentuk lipatan ini ialah
gaya tektonik yang mendominasi sehingga adanya lipatan pada sungai banyumeneng
ini.
Kata kunci : Geologi struktur, Lipatan, Sayap kiri, sayap kanan, axial plane, sungai Banyumeneng
PENDAHULUAN
Pada dasarnya struktur geologi yang ada terbentuk karena
adanya pengaruh gaya yang disebabkan adanya proses tektonik. Dimana proses
tektonik tersebut akhirnya mengahasilkan suatu stress yang kemudian ketika
mengenai suatu lapisan batuan akan mengalami suatu deformasi salah satunya
adanya kekar. lipatan
adalah struktur berupa lengkungann terbentuk
pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan dicirikan oleh perbedaan dip antara ke dua sayapmya.
Adanya suatu lipatan pada
lapangan mengindikasikan adanya suatu proses tektonik yang bekerja.
Sehingga kita dapat melakukan suatu
analisis terhadap adanya struktur lipatan
pada lapangan. Kita dapat mengetahui arah gaya utama
yang bekerja pada suatu daerah. Dengan demikian kita dapat mengetahui daerah-daerah
mana saja yang terkena struktur tersebut serta daerah-daerah mana saja yang
masuk dalam daerah yang masih terpengaruh dari adanya proses tektonik tersebut.
Daerah penelitian
saya adalah diadarah sungai Banyumeneng(Lih.Gambar
1.1) yaitu dierah Demak, Jawa tengah, Indonesia. Wilayah
Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 89.743
ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41 km dan Timur ke Barat 49 km dan
berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara geografis Kabupaten Demak terletak
pada 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’. Kemudian
Kabupaten Demak mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai,
dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah
Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas permukaan air laut (dpl).
GEOLOGI REGIONAL
Kondisi Geologi Daerah Demak
Wilayah Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau
Jawa dengan luas wilayah 89.743 ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41
km dan Timur ke Barat 49 km dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Adapun
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah kecamatan Sayung,
Bonang, dan Wedung. Secara geografis Kabupaten Demak terletak pada
110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’ Lintang Selatan
Stratigrafi Daerah Demak
Jenis Tanah di Kabupaten Demak adalah
mediteran coklat tua, komplek regosol dan gromosol kelabu tua, asosiasi
aluvial kelabu dan kekelabuan, gromosol kelabu tua dan aluvial hidromorf.
Persebaranya sebagai berikut:
·
Aluvial Hidromorf terdapat di sepanjang
pantai
·
Regosol terdapat di sebagian besar
Kecamatan Mranggen danKarangawen.
·
Grumosol Kelabu Tua terdapat di daerah
Bonang, WedungMijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung.
·
Mediteran terdapat di sebagian besar di
daerah Kecamatan Mranggen dan Karangawen.
Kondisi Topografi
Kabupaten Demak mempunyai relief yang
beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan
pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas
permukaan air laut (dpl). Pembagian daerah berdasarkan ketinggian adalah
sebagai berikut:
·
Region A :
-
Ketinggian 0 – 3 meter
Lokasi : Kecamatan Demak, Bonang, Karangtengah, Mijen,
Sayung dan Wedung.
·
Region B
-
Ketinggian 3 – 10 m
Lokasi : sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Demak
-
Ketinggian 10 – 25 m
Lokasi : sebagian dari Kecamatan Dempet, Karangawen
dan Mranggen.
-
Ketinggian 25 – 100 m
Lokasi :
sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Karangawen.
·
Region C
-
Ketinggian lebih dari 100 m
Lokasi :
sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Karangawen.
Struktur Geologi
Tekstur
tanah dari wilayah Kabupaten Demak dibagi dua region :
·
Region A :
Tekstur tanah halus (liat), meliputi sebagian dari
hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan
Karangtengah seluas : 49.066 Ha.
·
Region B :
Tekstur tanah sedang (lempung) meliputi sebagian dari
hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan Dempet
dan Gajah seluas : 40.677 Ha.
Struktur Geologi Kabupaten Demak terdiri dari struktur
Aluvium, miosen fasies sedimen, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies gunung
api dan pliosen fasies batu gamping.
-
Struktur Aluvium terdapat hampir semua
kecamatan di Kabupaten Demak yaitu di Kecamatan Mijen, Bonang, Demak, Gajah,
Karanganyar, Wonosalam, Karangtengah, Dempet, Sayung, Guntur, Mranggen dan
Karangawen.
-
Miosen, fasies sedimen terdapat di
sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan
Mranggen.
-
Pliosen, fasies sedimen terdapat di
sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan
Mranggen.
-
Plistosen, fasies gunung api terdapat di
sebagian kecamatan Karangawen yaitu Desa Margohayu dan Wonosekar dan terdapat
di Kecamatan Mranggen khususnya di Desa Sumberejo.
-
Pliosen, fasies batu gamping yaitu hanya
terdapat di Kecamatan Mranggen.
METODOLOGI
Dalam
kegiatan pembuatan paper ini menggunakan metode studi lapangan secara langsung
kemudian dilanjutkan dengan studi
pustaka untuk dapat melakukan analisis terhadap data lapangan yang
diperoleh dengan akurat. Studi lapangan yang
dilakukan pada daerah sungai Banyumeneng (Lih Gambar 1.2) yang
terletak didaerah Demak. Dimana data yang diambil adalah berupa data lipatan yang terdiri
atas data strike/dip di sayap kiri dan kanan masing-masing berjumlah 5 dan data
axial plane lipatan. ditemukan dilapangan kemudian data
tersebut dianalis dan diperoleh suatu kesimpulan yang kemudian dilanjutkan
dengan perbandingan terhadap studi pustaka sehingga hasilnya lebih akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
data yang diperoleh dari pengambilan data
pada sungai
Banyumeneng diperoleh hasil berupa 5 strike/dip di
masing-masing sayap dan axial plane dari lipatan.
Dimana hasil data Sayap lipatan di bagian kiri dan
bagian kanan. Sayap kiri (Lih. Gambar 1.4)didapatkan strike/dip cenderung
berada pada kuadran III. Kemudian pada sayap kanan(Lih Gambar 1.3) cenderung
berada pada kuadra I dan Kuadran II. Dan
axial plane dari lipatan ini N273
E. Kemudian
dilakukan pemplotan data lipata tersebut
pada mika. Setelah dilakuekan
pembuatan kontur berdasarkan data lipatan
tersebut. Setelah itu barulah dilakukan analisis dengan memakai stereonet.
Kemudian berdasarkan data lipatan
tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan stereonet. Dimana setelah
melakukan analisis stereonet. Dihasilkan data ᵹ1 sebesar 1 o/ N 275 oE , dan ᵹ2 sebesar 90o/ N 270 oE dan ᵹ3 sebesar 78 o/ N 14oE. Maka berdasarkan data
dan analisis tersebut dapat diketahui bahwa arah tegasan utamanya yaitu ᵹ1
berasal dari arah1 o/ N 275 oE.yaitu gaya yang mendominasi berupa gaya yang berasal dari North West West.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka dapat diinterpretasikan lipatan yang terdapat pada daerah sungai
banyumeneng tebentuk oleh adanya proses gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan telah
mengalami pelengkungan.Lipatan pada daerah ini dapat terjadi akibat proses tektonik.
Ditemukan juga struktur penyerta lipatan berupa drag fold sesar-sesar minor dan
gash fracture. Struktur
penyerta ini merupakan struktru yang terjadi akibat gaya yang bekerja pada zona
tersebut.
Selain itu, seperti analisis yang telah dilakukan dapat diketahui terdapat arah
tegasan utama serta terdapat arah tegasan lainnya yang mempengaruhi baik bentuk
maupun arah dari lipatan tersebut. Sehingga dengan adanya gaya tegasan utama serta
adanya gaya tegasan lainnya ang besar lebih kecil sehingga ketika gaya-gaya
tegasan ini mengenai suatu lapisan batuan menghasilkan sebuah
lengukngan yang dicirikan oleh perbedaan dip antar ke 2 sayap lipatan tersebut.
Kemudian juga pada observasi lapangan terlihat bahwa lipatan ini cenderung membentuk
lipatan asimetrical dengan arah axial plane yang miring dikarenakan sisi kiri
sayap lipatan lebih curam dibandingkan sisi kanan sayap lipatan. Pada daerah pengamatan saya kali ini
memiliki potensi positif yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran irigasi serta
sangat bagus sekali sebagai objek studi geologi. Namun dengan melihat daerah
ini yang memiliki kelerengan yang cukup curam, maka sangat berpotensi sekali
untuk terjadi longsor dan banjir. Pada daerah ini sekarang dimanfaatkan sebagai
daerah perkebunan dan memiliki vegetasi berupa pohon jati.
KESIMPULAN
Maka
dari hasil data lapangan yang dilakukan dilihat bahwa adanya perbedaan
strike/dip(Lih.Gambar 1.5) yang mencolok dimana ketika diteruskan sudut
penunjamannya tidak bertemu antara sayap kiri dan sayap kanan sehingga akan
menghasilkan lipatan yang cenerung cembung ke atas berupa lipatan sinklin.
Kemduian terlihat juga bahwa lipatan pada sungai banyumeneng ini cenderung
membentuk lipatan asymmetrical yang dilihat dari penunjaman dip pada sayap kanan
lebih landai dibandingkan penunjaman pada sayap kiri maka akan menghasilkan
axial plane yang mengikuti kedudukan liptan sehingga bidang axial plane ini
akan membagi lipatan menjadi simetri. Dari analisis didapatkan gaya utama
pembentuk berupa gaya North west dan cenderung berasal dari west. Sehinga gaya
yang bekerja berupa gaya tektonik yang berasal dari permukaan bumi dan kemudian
mengenai sisi ke 2 bidang lapisan dan mengalami deformasi menjadi lipatan dan
kemudian teruplift pada permukaan
.
REFERENSI
www.scribd.com/doc/177308810/structure
godamaiku.blogspot.com/2013/07/mengenai-lipatan-folding.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar