This is my fun blog

Rabu, 25 Februari 2015

PAPER MAKROPALEONTOLOGI

INTERPRETASI PROSES PEMBENTUKAN FOSIL PERAGA F84 BERDASARKAN DESKRIPSI MEGASKOPIS

                                                      Eka Fitria Novita Sainyakit1       
21100113120052
Email: ekasainyakit@gmail.com

TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO,SEMARANG, INDONESIA

Abstrak
Makropaleontologi merupakan salah satu cabang Paleontologi yang mengkaji atau mempelajari fosil berukuran makro atau yang tidak membutuhkan alat bantu untuk melihatnya, Dalam praktikum makropaleontologi, dilakukan pengamatan terhadap fosil peraga F8, Maka dari pengamatan ini penulis membuat paper dengan maksud dan tujuan untuk menganalisa proses pembentukan fosil ini. Selain itu dapat menentukan lingkungan hidup dan umur geologi dari fosil yang diamati. Pelaksanaan pembuatan paper ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa metodologi yaitu studi pustaka, pengambilan data deskripsi dan analisis data hasil deskripsi,. Sehingga dari hasil analisis didapatkan bahwa fosil yang diamati ini merupakan fosil dengan jenis tubuh utuh, memiliki bagian tubuh berupa apex,suture,body whorl,operculum,whorl,dll maka fosil ini termasuk dalam jenis filum mollusca dengan kelas agastropoda, ordonya berupa neogastropoda dan familynya ialah oralsalpinae sehingga jenis spesiesnya ialah Urolsapix. Dengan lingkungan pengendapannya berupa laut dangkal dengan umur geologi berupa miosen.
Keyword : Makropaleontologi, fosil, mollusca, lingkungan hidup,umur geologi.



Pendahuluan
     Makropaleontologi merupakan salah satu cabang Paleontologi yang mengkaji atau mempelajari fosil berukuran makro atau yang tidak membutuhkan alat bantu untuk melihatnya. Fosil makro meliputi  Vertebrata, avertebrata (invertebrate), dan segala jenis bekas/ jejak yang ditinggalkannya. Mempelajari  Makropaleontologi memberikan manfaat berupa Penentuan umur relatif batuan, penentuan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain, mengetahui evolusi makhluk hidup, dan menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang mengandung fosil terbentuk.
     Dalam praktikum makropaleontologi, dilakukan pengamatan terhadap fosil peraga F8.Pengamatan dilakukan secara megaskopis dengan memperhatikan kenampakan tubuhnya. Maka dari pengamatan ini penulis membuat paper dengan maksud dan tujuan untuk menganalisa proses pembentukan fosil ini. Selain itu dapat menentukan lingkungan hidup dan umur geologi dari fosil yang diamati.


Tinjauan Pustaka
Proses pengawetan fosil dikenal dengan jenis pengawetan fosil yang dimana terbagi atas:Pengawetan  bagian lunak organisme, dimana organimse harus terkubur dalam medium yang melindunginya dari proses kehancuran. Yang ke dua ialah pengawetan bagian keras organisme dimana bagian keras organisme harus terrsusun oleh mineral yang tahan/hrresisten terhadap pelapukan.Tipe pengawetan ke 3 ialah pengawetan bagian keras yang mengalami perubahan dimana dibedakan lagi menjadi karbonisasi,petrifikasi dan replacement, Jenis pengawetan yang terakhir ialah pengawetan tapak, jejak, dan organisme. Proses pemfosilan bisa saja terjadi pada makhluk hidup. Fosil makro meliputi  Vertebrata, avertebrata (invertebrate), dan segala jenis bekas/ jejak yang ditinggalkannya
Molluska (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) adalah golongan hewan yang bertubuh lunak tidak beruas dan tubuh dilindungi oleh satu atau lebih cangkang yang terbuat dari kapur (CaCO3), namun ada pula yang tidak memiliki cangkang. Cangkang ini dibentuk oleh lapisan dinding tubuh yang disebut mantel. Tubuhnya tersusun dari tiga lapisan embrional yaitu ekstoderm, mesoderm dan endoderm (bersifat triploblastik). Hewan ini memiliki coelem yang sempit. Sebagian besar moluska hidup di laut tetapi banyak juga yang hidup di air tawar bahkan beberapa hidup di darat. Terdapat  kurang dari 80.000 species yang termasuk kedalam golongan ini). Kelas mollusca dibagi menjadi 5 kelas besar yang diantaranya merupakan kelas Gahsstropoda. Pada penulisan paper ini akan membahas lebih spesifik terhadap filum  Gastropda
Sebanyak 30.000 spesies dari filum Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya, bergerak lambat karena kontraksi otot menyerupai gelombang yang dimulai dari belakang menjalar ke depan sehingga kaki dapat menjulur ke depan dan kaki bagian belakang terseret ke depan, untuk memudahkan pergerakannya maka disekresikan lendir, memiliki cangkang/rumah yang berbentuk kerucut terpilin (spiral) namun ada juga yang tidak memiliki cangkang . Bersifat hermaprodit namun tidak  terjadi pembuahan sendiri, pembuahan terjadi setelah perkawinan, ovovivipar.
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang, Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Sebagian besar struktur cangkang siput Gastropoda terbuat dari kalsium karbonat, dan sebagian lainnya terdiri dari phosphate, bahan organic Chorchiolin dan air (Sutikno, 1995). Siput-siput gastropoda yang hidup di air laut umumnya berbentuk Dekstral.Menurut Sutikno (1990), Gastropoda berupa suatu bangunan yang berputar spiral. Bangunan ini terbentuk dari tiga lapisan, dari luar ke dalam, ialah :Periostrakum, dari bahan tanduk yang disebut Conchiolin, Lapisan prismatik terdiri dari calcit atau arragonit,Lapisan mutiara: terdiri dari CaCO3, jernih dan mengkilap.Menurut Hadmadi (1984) struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh Gastropoda yang terdiri atas Kepala, Badan,Saluran pencernaan yang terdiri atas :mulut, pharynx yang berotot, kerongkongan, lambung, usus, anus.
Gastropoda berkembang cukup baik di daerah tropis. Peranan Ghastropoda sendiri dalam ilmu geologi adalaha Beberapa spesies akan mencirikan lapisan tertentu dan dapat dijadikan fosil indeks.
  
Metodologi
Pelaksanaan pembuatan paper ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa metodologi yaitu studi pustaka, pengambilan data deskripsi dan analisis data hasil deskripsi
            Studi pustaka yang dilakukan dengan memepelajari materi-materi yang meliputi ilmu makropaleontilogi, proses pemfosilan dan fillum mollusca yang diperoleh dari berbagai macam referensi.
            Pengambilan data deskripsi dimana dengan melakukan secara langsung pada peraga yang diamati dengan memperhatikan kenampakan megaskopisnya
            Analisis data deskripsi yaitu merupakan pengembangan dari data lapangan yang diamati dengan  melakukan interpretasi pada data yang diperoleh sehngga mampu menentukan petrogenesa dari fosil peraga yang diamati.

Deksripsi

Berdasarkan pengmatan secara megaskropis terhadap fosil dengan nomer peraga F84 memiliki warna coklat keabu-abuan. Dengan dimensi ukuranya yang dilihat dari bagian dorsal 12cmx6cm, Pada kenampakan peripheral dimensi ukurannya 12x6cm dan bagian ventar menampakan dimensi ukuran tubuhnya 12x6cm.Peraga yang diamati merupakan peraga dengan kenampakan tubuh yang utuh dan sempurna sehingga dalam jenis fosilnya diklaifikasikan termasuk jenis fosil bodi utuh.
Pada pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa memiliki bagian-bagian tubuh yang  lengkap dimana pada bagian dorsalnya akan terlihat titik tumbuh dari organism yang disebut dengan apex, kemuian hewan ini memiliki banyak kamar- kamar yang disebut dengan suture, Dimana setiap kamarnya merupakan bagian tubuh yang namanya whorl/ Selain itu kenampakan tubuh yang bulat dan cembung menunjukan kalau organism ini memiliki bagian tubuh berpa body whorl dan terdapat hiasan di  sepanjang  suturenya.(Lih. Gambar 1.1, Gambar 1.2 dan Gambar 1.3)

Pembahasan
Berdasarkan kenampakan tubunhya yang tidak terdapat peahen-pecahan atau merupakan jenis body utuuh diinterpetasikan bahwa organism ketika mati tidak mengalami transportasi atau adanya abrasi yang kemungkina akan membuat organism ini pecah. Organise ini diinterpretasikan langsung terendpakan pada material yang langsung  melindunginya dari proses kehancuran.Sehingga dalam fosil ini merupakan fosil yang diawetkan dengan jenis pemfosilannya bagian tubuh yang  keras. Berdasarkan keadaan dan kenampakan cangkang warnanya yang cerah dan memiliki ketebalan yang tebal menunjukkan bahwa lingkungan hidupnya berada di laut dangkal   dengan energi arus yang lebih tinggi serta suhu yang tinggi / mendapatkan pengaruh cahaya matahari yang dominan (lingkungan hidupnya terang dan hangat) menyebabkan salinitas daerah tersebut juga tinggi sehingga cangkang ini memiliki kadar karbonat yang tinggi (CO3 dominan) .Hal tersebut menunjukkan bahwa antara suhu, arus dan salinitas berbanding lurus. Sehingga berdaasarkan hal tesebut  diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan dari fosil ini berada pada lingkungan yang dekat  dengan garis pantai,  selain itu juga karena hidupnya  yang tergantung pada  cahaya matahari maka  hidupnya di daerah laut yang dangkal  dengan salinitas yang tinggi sehingga lingkungann  pengendapannya diinerpretasikan pada lingkungan laut yang dangkal.(lih. Gambar 1.4).
Berdasarkan jenis tubuhnya yang terdiri dari apex,suture dan body  whorl maka diinterpretasikan bahwa fosil ini termasuk ke dalam hewan yang bertubuh lunak dan memiliki cangkang yang melindunginya sehingga termasuk ke dalam yllum Mollusca. Dilihat juga dari kenampakan tubuhnya kelas dari filum berupa gastropoda. Dengan bentuk tubuh pelindungnya yang melingkari tubuhnya searah jarum jam dan berdasarkan referrensinya termasuk ordo  neogastropda dengan jenis familinya termasuk oralsalpinae. Sehingga diinterpretasikan fosil yang diamati ini merupakan fosil dengan spesies berupa Urosalpix. Fosil ini dapat diperkirakan hidup pada zaman miosen. Hal ini dapat diketahui dengan melihat ciri-ciri pada zaman miosen yang sudah mulai banyak hidup organisme baik vertebrata maupun organisme mollusca.

Kesimpulan
Maka dari hasil deskripsi diatas fosil yang diamati ini merupakan fosil dengan jenis tubuh utuh, memiliki bagian tubuh berupa apex,suture,body whorl,operculum,whorl,dll maka fosil ini termasuk dalam jenis filum mollusca dengan kelas agastropoda, ordonya berupa neogastropoda dan familynya ialah oralsalpinae sehingga jenis spesiesnya ialah Urolsapix. Dengan lingkungan pengendapannya berupa laut dangkal dengan umur geologi berupa miosen.

Referensi
Tim Asisten Praktikum Makropaleontologi.2011. Buku Panduan Praktikum Makropaleontologi. Semarang: UNDIP
http://www.academia.edu/3244744/Bivalvia_moluska_
http://jurusanbiologi.blogspot.com/2014/05/morfologi-dan-anatomi-kerang.html


Lampiran
Description: C:\Users\My\Downloads\1413308710962.jpg





Gambar 1.1 Kenampakan Dorsal peraga F84

Description: C:\Users\My\Downloads\1413308712959.jpgDescription: C:\Users\My\Downloads\1413308704848.jpg



PAPER SESAR DAN KEKAR

ANALISA GAYA TEGASAN UTAMA DENGAN ANALISIS KEKAR DAN SESAR PADA DAERAH SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH

Eka Fitria Novita Sainyakit
21100113120052
1JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG

ABSTRACT
The area is located on the river Banyumeneng Demak regional area is an area that also affected the tectonic processes that formed many geological structures such as the joint. Where is the stocky structure cracks / fissures in the rocks formed as a result of a force acting on the rock and have not experienced a shift. Stump may occur as a result of tectonic processes and perlapukan also significant temperature changes. Stump is a type of rock structure in the form of broken field. Due to the nature of this field separates the rocks into separate parts then a stout structure kesarangan road or rock cavity fluid to pass from the outside along with other materials such as water, gas and other elements that accompany it.
Keywords: processes, tectonic, structures, joint.
SARI
Daerah sungai banyumeneng terletak pada daerah demak yang secara regional merupakan daerah yang juga terpengaruh proses tektonik sehingga banyak terbentuk struktur geologi seperti adanya kekar dan sesar. Dimana kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik maupun perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Dan Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lain. Dimana struktur yang ditemui pada sesar ini berupa drag fold. Metode yang dilakukan ialah studi pustakan dan tinjau lapangan. Dari data lapangan dianalisis Dengan hasil analisis didapatkan bahwasannya kekar dengan tegasan utama berasal dari arah Barat daya, dengan besar sigma 1 N236E/4. Dan dari hasis analisis sesar didapatkan bahwa arah pergeseran cenderung ke kanan sehingga sesar pada daerah ini merupakan sesar dextral.
Kata kunci: proses, tektonik, struktur, kekar, sesar, Banyumeneng
                  PENDAHULUAN                  


Pada dasarnya struktur geologi yang ada terbentuk karena adanya pengaruh gaya yang disebabkan adanya proses tektonik. Dimana proses tektonik tersebut akhirnya mengahasilkan suatu stress  yang kemudian ketika mengenai suatu lapisan batuan akan mengalami suatu deformasi salah satunya adanya kekar. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Adanya suatu kekar pada lapangan mengindikasikan adanya suatu proses tektonik yang bekerja.
Sehingga kita dapat melakukan suatu analisis terhadap adanya struktur kekar pada lapangan. Kita dapat mengetahui arah gaya tama yang bekerja pada suatu daerah. Dengan demikian kita dapat mengetahui daerah-daerah mana saja yang terkena struktur tersebut serta daerah-daerah mana saja yang masuk dalam daerah yang masih terpengaruh dari adanya proses tektonik tersebut.
Struktur Geologi lainnya yang dapat terbentuk yakni sesar. Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lain. Dimana penciri sesar dilapangan ditandai dengan adanya gores garis, drag fold, streiasi
            Daerah penelitian saya adalah diadarah sungai Banyumeneng yaitu dierah Demak, Jawa tengah, Indonesia. Wilayah Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 89.743 ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41 km dan Timur ke Barat 49 km dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara geografis Kabupaten Demak terletak pada 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’. Kemudian Kabupaten Demak mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas permukaan air laut (dpl).

METODOLOGI
Dalam kegiatan pembuatan paper ini menggunakan metode studi lapangan secara langsung kemudian dilanjutkan  dengan studi pustaka untuk dapat melakukan  analisis terhadap data lapangan yang diperoleh dengan akurat. Studi lapangan yang dilakukan pada daerah sungai Banyumeneng yang terletak didaerah Demak. Dimana data yang diambil adalah berupa data kekar  dan sesar yang ditemukan dilapangan kemudian data tersebut dianalis dan diperoleh suatu kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan perbandingan terhadap studi pustaka sehingga hasilnya lebih akurat.

HASIL DAN ANALISIS
Hasil data yang diperoleh dari pengambilan data pada sungai Banyumeneng diperoleh hasil berupa 50data pasang kekar. Dari data yang telah didapatkan ini dilakukan anlisis menggunakan software dips untuk menentukan analisis gaya utama pembentuk kekar dan sesar. Dihasilkan analisis kekar yang dilakukan data ᵹ1 sebesar 4 o/ N 236 oE , dan ᵹ2 sebesar 89 o/ N 157 oE dan ᵹ3 sebesar 84 o/ N 66 oE. Maka berdasarkan data dan analisis tersebut dapat diketahui bahwa arah tegasan utamanya yaitu ᵹ1 berasal dari arah barat daya  4 o/ N 236 oE.Kemudian dai hasil analisis yang dilakukan terhadap data sesar dan struktur penyerta yang berupa axial plane dari drag fold yang merupakan struktur penyerta sesar maka didaptkan bahwa data ᵹ1 sebesar 60 o/ N 256 oE , dan ᵹ2 sebesar 82 o/ N 151 oE dan ᵹ3 sebesar 93o/ N 23 oE. Dengan arah pergeseran dari sesar ini ketika dianalisis merupakan sesar dengan arah pergeseran menganan atau merupakan sesar dextral.

PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka dapat diinterpretasikan kekar yang terdapat pada daerah sungai banyumeneng tebentuk oleh adanya proses gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kekar pada daerah ini dapat terjadi akibat proses tektonik maupun akibat suatu proses perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Dimana akibat  struktur pada batuan ini akan membentuk suatu bidang pecah. Karena sifat bidang ini memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar merupakan jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi lain seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya. Selain itu, seperti analisis yang telah dilakukan dapat diketahui terdapat arah tegasan utam serta terdapat arah tegasan lainnya yang mempengaruhi baik bentuk maupun arah dari kekar tersebut. Sehingga dengan adanya gaya tegasan utama serta adanya gaya tegasan lainnya ang besar lebih kecil sehingga ketika gaya-gaya tegasan ini mengenai suatu lapisan batuan menghasilkan kekar ini yang disebut kekar gerus yang memiliki kenampakan yaitu rekahan yang berbentuk seperti huruf “X” . Dimana dapat diinterpretasikan pada jenis kekar ini arah tegasan utamanya adalah pada bagian sisi kekar yang memiliki sudut lebih tumpul itulah berasal arah tegasan gaya utama yang kekar pada sungai banyumeneng ini berada pada arah 4 o/ N 236 oE. Kemudian sesar yang terbentuk merupakan lanjutnya gaya yang bekerja pada rkehan yang telah terbentuk. Sehingga merupakan deformasi brittle yang mengakibatkan adanya patahan dimana terdapat blok yang bergerak. Dari analisis yang  dilakukan didapatkan bahwa sesar ini relative bergerak menganan diakibatkan oleh gaya yang bekerja. Maka sesar yang terbentuk dari daerah ini berupa sesar menganan atau sesar dextral.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis kekar pada daerah sungai banyumeneng, Demak diperoleh data ᵹ1 sebesar data ᵹ1 sebesar 4 o/ N 236 oE , dan ᵹ2 sebesar 89 o/ N 157 oE dan ᵹ3 sebesar 84 o/ N 66 oE. Maka dapat disimpulkan bahwa arah tegasan utamanya yaitu ᵹ1 berasal dari arah 4 o/ N 236 oE berupa gaya yang cenderung dari barat  daya dan timur laut. Kemudian analisis sesar didapatkan bahwa data ᵹ1 sebesar 60 o/ N 256 oE , dan ᵹ2 sebesar 82 o/ N 151 oE dan ᵹ3 sebesar 93o/ N 23 oE.. Saran untuk kegiatan praktium ini dari penulis adalah agar ditambah kegiatan lapangan ditempat lain lagi sebelum dilaksanakan pembuatan paper ini sehingga diperoleh refrensi data yang lebih maksimal.

REFERENSI
www.scribd.com/doc/177308810/structure


LAMPIRAN













Tabel 1. Data kekar




















GEOLOGICAL STRUCTURAL

ANALISA GAYA TEGASAN UTAMA SEBAGAI PEMBENTUK LIPATAN ASYMETRICAL PADA DAERAH SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH

EKA FITRIA NOVITA SAINYAKIT
21100113120052
1JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG

ABSTRACT
The area is located on the river Banyumeneng Demak regional area is an area that also affected the tectonic processes that formed many geological structures such as the fold. Where is the crease is an arch structure formed by the force acting in the form of tensile strength and compressive force. So I need to analyze the folds in this area Banyumeneng river . The method used in the form of literature to assist in the process of analysis and field observations to determine the condition of the folds in the fields. then the data that has been obtained will be analyzed so that the results are used to determine the direction of the main force forming folds on the river this Banyumeneng. Then the measurement data strike / dip of the axial plane.From the analysis conducted it was found that the main direction of the force acting on the folds of this comes from the east and west that will hit rock layers and deformation. it can be said that the forces acting on the bedding is derived from tectonic forces so as to form a crease on this Banyumeneng river 
Kata kunci : Geologi struktur, Lipatan, Sayap kiri, sayap kanan, axial plane, sungai Banyumeneng
Keywords: Geological structure, fold, right limb, left limb, axial plane, banyumeneng river

SARI
Daerah sungai banyumeneng terletak pada daerah demak yang secara regional merupakan daerah yang juga terpengaruh proses tektonik sehingga banyak terbentuk struktur geologi seperti adanya lipatan. Dimana lipatan adalah struktur brupa lengkungan sebagai hasil dari ekspresi terhadap gaya komres maupun gaya tarik yang bekerja pada perlapisan sehingga akan mengalami deformasi. Lipatan dapat terjadi akibat proses tektonik maupun pembebanan yang cukup besar. Sehingga lipatan yang ada pada sungai banyumeneng perlu dilakukan analisis berdasarkan data yang didapatkan. Metode yang digunakan untuk melakukan penulisan paper ini berupa studi pustaka yang membantu dalam mengetahui geologi regional semarang dan data yang didapatkan dari lapangan berupa strike/dip perlapisan dan sayap kiri maupun sayap kanan. Selain itu didapatkan data berupa strike/dip dari axial plane lipatan tersebut. Didaptkan juga bahwa ada kedua sayapnya memiliki sudut penunjaman yang berbeda sehingga akan membentuk jenis lipatan berupa lipatan antiklin. Maka dari data yang didapat ini akan dilakukan analisa dengan mmenggunakan metode analisis lipatan yang diajarkann dalam praktikum geologi struktur sehingga dari hasil analisis didapatkan bahwa gaya utama pembentuk lipatan pada sungai banyumeneng ini berasal dari arah North west west.. Maka dapat disimpulkan bahwa gaya yang bekerja untuk membentuk lipatan ini ialah gaya tektonik yang mendominasi sehingga adanya lipatan pada sungai banyumeneng ini.
Kata kunci : Geologi struktur, Lipatan, Sayap kiri, sayap kanan, axial plane, sungai Banyumeneng

                  PENDAHULUAN                  

Pada dasarnya struktur geologi yang ada terbentuk karena adanya pengaruh gaya yang disebabkan adanya proses tektonik. Dimana proses tektonik tersebut akhirnya mengahasilkan suatu stress  yang kemudian ketika mengenai suatu lapisan batuan akan mengalami suatu deformasi salah satunya adanya kekar. lipatan adalah struktur berupa lengkungann terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan dicirikan oleh perbedaan dip antara ke dua sayapmya. Adanya suatu lipatan pada lapangan mengindikasikan adanya suatu proses tektonik yang bekerja.
Sehingga kita dapat melakukan suatu analisis terhadap adanya struktur lipatan pada lapangan. Kita dapat mengetahui arah gaya utama yang bekerja pada suatu daerah. Dengan demikian kita dapat mengetahui daerah-daerah mana saja yang terkena struktur tersebut serta daerah-daerah mana saja yang masuk dalam daerah yang masih terpengaruh dari adanya proses tektonik tersebut.
 Daerah penelitian saya adalah diadarah sungai Banyumeneng(Lih.Gambar 1.1) yaitu dierah Demak, Jawa tengah, Indonesia. Wilayah Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 89.743 ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41 km dan Timur ke Barat 49 km dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara geografis Kabupaten Demak terletak pada 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’. Kemudian Kabupaten Demak mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas permukaan air laut (dpl).
  
                                                GEOLOGI REGIONAL
Kondisi Geologi Daerah Demak
Wilayah Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 89.743 ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41 km dan Timur ke Barat 49 km dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Adapun kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah kecamatan Sayung, Bonang, dan Wedung. Secara geografis Kabupaten Demak terletak pada 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’ Lintang Selatan

Stratigrafi Daerah Demak
Jenis Tanah di Kabupaten Demak adalah mediteran coklat tua, komplek regosol dan gromosol kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu dan kekelabuan, gromosol kelabu tua dan aluvial hidromorf. Persebaranya sebagai berikut: 
·         Aluvial Hidromorf terdapat di sepanjang pantai
·         Regosol terdapat di sebagian besar Kecamatan Mranggen danKarangawen.
·         Grumosol Kelabu Tua terdapat di daerah Bonang, WedungMijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung.
·         Mediteran terdapat di sebagian besar di daerah Kecamatan Mranggen dan Karangawen.

Kondisi Topografi
Kabupaten Demak mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas permukaan air laut (dpl). Pembagian daerah berdasarkan ketinggian adalah sebagai berikut:
·         Region A :
-          Ketinggian 0 – 3 meter
Lokasi : Kecamatan Demak, Bonang, Karangtengah, Mijen, Sayung dan Wedung.
·         Region B
-          Ketinggian 3 – 10 m
Lokasi : sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Demak
-          Ketinggian 10 – 25 m
Lokasi : sebagian dari Kecamatan Dempet, Karangawen dan Mranggen.
-          Ketinggian 25 – 100 m
      Lokasi       : sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Karangawen.
·         Region C
-          Ketinggian lebih dari 100 m
       Lokasi      : sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Karangawen.

Struktur Geologi
Tekstur tanah dari wilayah Kabupaten Demak dibagi dua region :
·         Region A :
Tekstur tanah halus (liat), meliputi sebagian dari hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan Karangtengah seluas : 49.066 Ha.
·         Region B :
Tekstur tanah sedang (lempung) meliputi sebagian dari hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan Dempet dan Gajah seluas : 40.677 Ha.
Struktur Geologi Kabupaten Demak terdiri dari struktur Aluvium, miosen fasies sedimen, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies gunung api dan pliosen fasies batu gamping.
-          Struktur Aluvium terdapat hampir semua kecamatan di Kabupaten Demak yaitu di Kecamatan Mijen, Bonang, Demak, Gajah, Karanganyar, Wonosalam, Karangtengah, Dempet, Sayung, Guntur, Mranggen dan Karangawen.
-          Miosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan Mranggen.
-          Pliosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan Mranggen.
-          Plistosen, fasies gunung api terdapat di sebagian kecamatan Karangawen yaitu Desa Margohayu dan Wonosekar dan terdapat di Kecamatan Mranggen khususnya di Desa Sumberejo.
-          Pliosen, fasies batu gamping yaitu hanya terdapat di Kecamatan Mranggen.

METODOLOGI
Dalam kegiatan pembuatan paper ini menggunakan metode studi lapangan secara langsung kemudian dilanjutkan  dengan studi pustaka untuk dapat melakukan  analisis terhadap data lapangan yang diperoleh dengan akurat. Studi lapangan yang dilakukan pada daerah sungai Banyumeneng (Lih Gambar 1.2) yang terletak didaerah Demak. Dimana data yang diambil adalah berupa data lipatan  yang terdiri atas data strike/dip di sayap kiri dan kanan masing-masing berjumlah 5 dan data axial plane lipatan. ditemukan dilapangan kemudian data tersebut dianalis dan diperoleh suatu kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan perbandingan terhadap studi pustaka sehingga hasilnya lebih akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil data yang diperoleh dari pengambilan data pada sungai Banyumeneng diperoleh hasil berupa 5 strike/dip di masing-masing sayap dan axial plane dari lipatan. Dimana hasil data Sayap lipatan di bagian kiri dan bagian kanan. Sayap kiri (Lih. Gambar 1.4)didapatkan strike/dip cenderung berada pada kuadran III. Kemudian pada sayap kanan(Lih Gambar 1.3) cenderung berada pada kuadra I dan Kuadran II. Dan axial plane dari lipatan ini N273E. Kemudian dilakukan pemplotan data lipata tersebut pada mika. Setelah dilakuekan pembuatan kontur berdasarkan data lipatan tersebut. Setelah itu barulah dilakukan analisis dengan memakai stereonet. Kemudian berdasarkan data lipatan tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan stereonet. Dimana setelah melakukan analisis stereonet. Dihasilkan data ᵹ1 sebesar 1 o/ N 275 oE , dan ᵹ2 sebesar 90o/ N 270 oE dan ᵹ3 sebesar 78 o/ N 14oE. Maka berdasarkan data dan analisis tersebut dapat diketahui bahwa arah tegasan utamanya yaitu ᵹ1 berasal dari arah1 o/ N 275 oE.yaitu gaya yang mendominasi berupa gaya yang  berasal dari North West West.
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka dapat diinterpretasikan lipatan yang terdapat pada daerah sungai banyumeneng tebentuk oleh adanya proses gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan telah mengalami pelengkungan.Lipatan pada daerah ini dapat terjadi akibat proses tektonik. Ditemukan juga struktur penyerta lipatan berupa drag fold sesar-sesar minor dan gash fracture. Struktur penyerta ini merupakan struktru yang terjadi akibat gaya yang bekerja pada zona tersebut. Selain itu, seperti analisis yang telah dilakukan dapat diketahui terdapat arah tegasan utama serta terdapat arah tegasan lainnya yang mempengaruhi baik bentuk maupun arah dari lipatan tersebut. Sehingga dengan adanya gaya tegasan utama serta adanya gaya tegasan lainnya ang besar lebih kecil sehingga ketika gaya-gaya tegasan ini mengenai suatu lapisan batuan menghasilkan sebuah lengukngan yang dicirikan oleh perbedaan dip antar ke 2 sayap lipatan tersebut. Kemudian juga pada observasi lapangan terlihat bahwa lipatan ini cenderung membentuk lipatan asimetrical dengan arah axial plane yang miring dikarenakan sisi kiri sayap lipatan lebih curam dibandingkan sisi kanan sayap lipatan. Pada daerah pengamatan saya kali ini memiliki potensi positif yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran irigasi serta sangat bagus sekali sebagai objek studi geologi. Namun dengan melihat daerah ini yang memiliki kelerengan yang cukup curam, maka sangat berpotensi sekali untuk terjadi longsor dan banjir. Pada daerah ini sekarang dimanfaatkan sebagai daerah perkebunan dan memiliki vegetasi berupa pohon jati.

KESIMPULAN
Maka dari hasil data lapangan yang dilakukan dilihat bahwa adanya perbedaan strike/dip(Lih.Gambar 1.5) yang mencolok dimana ketika diteruskan sudut penunjamannya tidak bertemu antara sayap kiri dan sayap kanan sehingga akan menghasilkan lipatan yang cenerung cembung ke atas berupa lipatan sinklin. Kemduian terlihat juga bahwa lipatan pada sungai banyumeneng ini cenderung membentuk lipatan asymmetrical yang dilihat dari penunjaman dip pada sayap kanan lebih landai dibandingkan penunjaman pada sayap kiri maka akan menghasilkan axial plane yang mengikuti kedudukan liptan sehingga bidang axial plane ini akan membagi lipatan menjadi simetri. Dari analisis didapatkan gaya utama pembentuk berupa gaya North west dan cenderung berasal dari west. Sehinga gaya yang bekerja berupa gaya tektonik yang berasal dari permukaan bumi dan kemudian mengenai sisi ke 2 bidang lapisan dan mengalami deformasi menjadi lipatan dan kemudian teruplift pada permukaan
.
REFERENSI
www.scribd.com/doc/177308810/structure
godamaiku.blogspot.com/2013/07/mengenai-lipatan-folding.html



Gunung dan Pendaki

Mendaki Gunung Lewati Lembah

Oke kali ini, beda lagi postingannya
dikesempatan ini aku akan lebih membagikan kisah hidupku selama masa kuliah. Semester 1-3
well, dulunya mungkin aku tdak pernah mengenal yang namanya pendakian gunung -_-. Bahkan liat Gunung pun paling setahun sekali. Tapi apa daya, semua itu berubah ketika aku memilih terbagub dalam biro MAPEAGI (MAHASISWA PECINTA ALAM GEOLOGI) UNDIP.
Yah, mulai dari situ, aku senang sekali naik gunung walaupun harus mengorbankan banyak fisik dan energi.
Menurutku sih, naik gunung itu asik,happy, tapi agak capek sih sebenarnya. Tapi yang paling menarik disini adalah teman yang setia ketika kamu sedang capek disaat mendaki. Akan terlihat jelas kepribadian setiap orang ketika mendaki gunung. 
Nah, ini dia gunung yang pernah aku daki sebagai seorang pemula :

1. Gunung Prau

Gunung yang terletak di Dataran Tinggi dieng ini merupakan gunung pertama yang aku daki. Nah saat itu aku mendaki bareng sama teman2 angkatan 2013 di teknik Geologi Undip. Sekitar 4 jam perjalanan dari semarang ke dieng, dan waktu pendakian sekitar 3 jam. 




2. Gunung Ungaran.
Terletak di daerah Ungaran, Semarang dengan ketinggian 2050 mdpl. Nah pada saat naik gunung ungaran ini, ketika itu aku sedang mengikuti diksar mapeagi oleh para senior kami sehingga tidak ada hasil dokumentasi yang bisa diposting disini. Aku lupa naiknya pas bulan apa, tapi yang tepat di ingatanku ketika awal semester 2. Oiya waktu pendakian kemarin cukup lama memakan waktu 2 hari 1 malam karena saya harus ngecamp dan kegiatan diksar yang cukup lama.

3. Gunung Lawu
Gunung lawu dikenal dengan Gunung yang tinggi dan suhu yang dingin. Aku mendaki gunung ini ketika pertengahan november dengan beberapa kakak tingkat saya dikampus, dan teman dekat saya Fatma Widiyaningsih. Gunung ini terletak di perbatasan jawa timur dan jawa tengah. Estimasi waktu perjalan dari tembalang semarang ke lawu jalur pendakian cemoro seu ini sekitar 3-4 jam tergantung kecepatan, cuaca dan keberanian :D




(ka herman 2011,ka fachmi 2011, ka dok 2011, mbak tata 2011 dan fatma 2013 and me)

4. Gunung Merapi
Gunung ini merupakan gunung yang paling aku banggakan karena pemandangannya yang indah sekali ketika sudah di puncak. Pokoknya ga nyesal pernah mendaki Gunung ini. Pendakian bersama teman dan kakak tingkat dari geologi juga dalam rangka memperingati hari Ulang Tahun ke 10 Teknik Geologi Undip




5.Gunung Merbabu
Gunung ini juga aku daki karena kegiatan mapeagi yang mengharuskan unuk kita sebagai caang ikut serta dan diwajibkan. Ternyata gak nyesal kok nyampe puncak. Teman2 saya hebat, tmen2 saya tangguh. Ya, disini ak bsa tau arti dari kekeluargaan itu, ketika ak capek begitu mengertinya mreka, nungguin, nyemangatin, peduli, dsb Keren pokoknya angmud 2013 :*



nah 2 cewe ini (fatma berkerudung, dan ella baday) merekalah wanita tanggu sang penakluk ketinggian. Love both of you guys Bravoo!!

nah itu sekian sekitar 5 gunung yang baru aku daki!
Sesekali lah bergaul bersama alam, jangan hanya jadi penikmat teknologi modern