GEOLOGI KARANGSAMBUNG
1.Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan
wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat
berbatasan dengan daerah Gombong
.[1]Secara geografis, daerah Karangsambung
mempunyai koordinat 7⁰34’00” - 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara administratif, daerah pemetaan Gunung Paras
termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung
termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan.
[2]Daerah
Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi yang
disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang
memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut
yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat
mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin
raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G.
Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan.
Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut
mengalami proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah
Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh
batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat
(Pesanggrahan). Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah
Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang
tersusun atas lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit)
dan batu sedimen laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam
di dalam massa dasar lempung.Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh
perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun
daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-beda
terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini,
serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang
berkembang di daerah Karangsambung.Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai
besar yang disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk
Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah pemetaan
(membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan merupakan sungai yang
telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang meander.
Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah Karangsambung
juga memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah ini berkaitan
dengan proses erosi dan sedimentasi
2. Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan
bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah
Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange.
Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit
Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange
di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari
puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl sebuah
rangkaian pegunungan.[1]Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi
sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan
jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60
juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng
Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua
yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada
sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang
lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses
paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua
dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung
merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier
yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang
berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ±
0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya
batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik
kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah
sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif.
Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti
lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat
sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya
mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses
erosi berlangsung lebih intensif.Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin
(1974) sebagai percampuran tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan
berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang
menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur
Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf,
batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang
seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally
clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan
berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan
Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa
dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang
berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh
bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange
tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan
beku.Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan
sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun
oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua
dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih
lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.Morfologi perbukitan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya
(kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik.
Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh
batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi).
Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita
mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.Bukit Jatisamit terletak di sebelah
barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan
sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert
yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian puncak
bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa
sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi
terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan
“Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana penonton
berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di tempat
inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.Ada beberapa
fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
1.
Daerah bermorfologi
pedataran
terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini
merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan
melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F.
Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran
ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah
ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava
bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan
tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
2. Morfologi
perbukitan
disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan
sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh
melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan
dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah).
Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi)
merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan
dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur
sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen
Tersier/volkanik.Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:a. Di
bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.b. Di
bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan
melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.c. Di
bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung
Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan
interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam
dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya
merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya,
dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung
paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan
Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti
Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah
perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas
cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan
Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan
sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
2.
Satuan
Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini
memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban
yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako.
Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan
perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini
juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil
proses tektonik
.4. Lajur Pegunungan
Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi
Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada
umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang
dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan
di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari
April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada
Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak
berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk
berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus)
3. Stratigrafi Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang
lapisan-lapisan sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya,
yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis
besar, stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke
muda, yaitu:
1. Komplek
Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2. Formasi
Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi
Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay
4. Formasi
Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5. Formasi
Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
1. KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI
LUK ULO
Luk Ulo merupakan formasi tertua
berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi
graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping
merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan
metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari
pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga
telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini
dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu
satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.Satuan
Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah
asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku
basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis
mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan
Gunung Bako
3.
FORMASI KARANGSAMBUNG
Karakteristik litologi
dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang
mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir
kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam
menunjukkan struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir
merata di permukaan. Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme
pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi
ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur
Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen
Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.
4.
FORMASI TOTOGAN
Formasi Totogan mempunyai
karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung. Ditandai dengan litologi
berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur
scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap
pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari
formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada
keberadaan Globoquadrina praedehiscens danGlobigeriona
binaensis
5.
FORMASI WATURANDA
Usia formasi Waturanda
ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi statigrafi
kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri
dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian
atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar,
terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian.
6.
FORMASI PENOSOGAN
Formasi Penosogan
diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan secara
berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan
dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak
selaras di atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai
sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan
tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung,
kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Bagian atas terdiri
atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas
didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
B. IDENTIFIKASI BATUAN DAERAH KARANGSAMBUNG
1. Litologi Daerah Karangsambung
Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg
berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.Pembentukan berbagai macam
mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses
alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda
pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen
bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses
penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan
piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah
terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan
yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu
sendiri maksimal di bawah temperature magma.Litologi di daerah
Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.Tabel 1. Litologi daerah
Karangsambung
No
|
Lokasi
|
Umur
|
Litologi
|
1
|
Kompleks Melange
|
Kapur Akhir (85-140 juta tahun yang lalu)
|
Ø Batuan Metamorf (Schist mica – 117Ma)
Ø Batuan sedimen pelagic (Rijang-endapan laut
dalam)
Ø Batuan ofiolit
|
2
|
Formasi Karangsambung
|
Eocene-Oligocene
(23,7 -57,6 juta tahun yang lalu)
|
Ø Batulempung bersisik
Ø Olistolit (Konglomerat, Batugamping
Nummulites)
|
3
|
Formasi Totogan
|
Oligocene-Miocene Awal (36,6-23,7 juta tahun yang lalu)
|
Ø Breksi dengan komponen batulempung, batupasir
dan batugamping
|
4
|
Formasi Waturanda
|
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun yang
lalu)
|
Ø Batupasir vulkanik dan breksi vulkanik
|
5
|
Formasi Panosogan
|
Miocene Awal – Miocene Tengah (23,7- 13 juta tahun yang
lalu)
|
Ø Perselingan batupasir, batulempung, tufa,
napal dan kalkarenit
|
Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan penelitian.Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar